JAKARTA - Hilirisasi kini semakin menjadi sorotan karena dianggap sebagai salah satu jalan utama untuk memperkuat perekonomian nasional sekaligus menghadirkan energi bersih. Pemerintah menegaskan komitmennya mempercepat pembangunan industri pengolahan sumber daya alam, sejalan dengan visi besar Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. Dalam strategi tersebut, Holding BUMN MIND ID berperan sebagai motor penggerak sekaligus pengorkestra kebijakan hilirisasi.
Presiden Prabowo dalam pidato kenegaraan saat Penyampaian RUU APBN 2026 di DPR RI, Jakarta, Jumat 15 Agustus 2025, menyampaikan pentingnya hilirisasi untuk menciptakan lapangan kerja, menambah nilai tambah di dalam negeri, serta memperkuat ketahanan energi nasional. Ia menekankan bahwa proyek hilirisasi dengan nilai investasi sekitar USD38,63 miliar atau Rp618,13 triliun harus dipercepat.
“Proyek hilirisasi dengan nilai investasi 38 miliar dolar akan kita percepat, proyek ini mencakup berbagai sektor termasuk pertambangan mineral dan hilirisasi batu bara,” tegas Presiden.
Langkah pemerintah ini didasari kenyataan bahwa ekspor bahan mentah seperti bijih nikel dan batu bara memiliki nilai jauh lebih rendah dibandingkan produk olahan. Dengan membangun smelter, nikel bisa diolah menjadi feronikel atau nikel sulfat yang sangat dibutuhkan industri baterai kendaraan listrik. Sementara itu, batu bara dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi seperti dimethyl ether (DME), alternatif ramah lingkungan pengganti LPG.
Dampaknya tidak hanya pada penerimaan negara, tetapi juga memicu efek berganda bagi transportasi, logistik, jasa, hingga pemerataan ekonomi di daerah industri hilirisasi dibangun.
Salah satu proyek strategis adalah smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur. Dengan investasi Rp56 triliun, smelter ini mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun dan menghasilkan hingga 700 ribu ton katoda tembaga, serta emas dan perak batangan. Proyek ini diperkirakan menyumbang Rp80 triliun bagi kas negara dan menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja.
Selain itu, Presiden juga meresmikan proyek ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Karawang, Jawa Barat. Proyek strategis nasional senilai USD5,9 miliar ini mencakup area 3.023 hektare dan diperkirakan menyerap 8.000 tenaga kerja langsung serta 35.000 tidak langsung.
“Kunci pembangunan suatu bangsa adalah kemampuan bangsa itu mengolah sumber alam menjadi bahan yang bermanfaat dan punya nilai tambah tinggi, sehingga bisa mendorong kemakmuran dan kesejahteraan,” ujar Presiden.
Dukungan juga datang dari pelaku industri. Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menilai hilirisasi memperkuat rantai pasok dalam negeri. “Rantai pasok akan bertumbuh, perlu dibarengi juga dengan pengembangan R&D mengingat teknologi terus berkembang,” ujarnya.
MIND ID, sebagai BUMN holding industri pertambangan, berperan penting menjalankan orkestrasi hilirisasi. Anggotanya seperti ANTAM, PT Timah, PT Bukit Asam (PTBA), PT Freeport Indonesia, PT Vale Indonesia, dan Inalum mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi. Contohnya, nikel yang dulunya diekspor dalam bentuk bijih kini diproduksi menjadi feronikel atau nikel sulfat.
Melalui Inalum, MIND ID menargetkan peningkatan produksi aluminium nasional dari 275 ribu ton menjadi 900 ribu ton per tahun pada 2029. Konsumsi aluminium domestik diprediksi naik hingga 600% dalam 30 tahun mendatang, terutama untuk industri kendaraan listrik dan energi terbarukan.
Direktur Utama MIND ID Maroef Sjamsoeddin menegaskan, “Grup MIND ID berkomitmen menjadi penggerak hilirisasi aluminium terintegrasi guna memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen aluminium dunia dan mengurangi ketergantungan impor.”
Tidak hanya aluminium, hilirisasi juga berjalan di sektor timah. PT Timah Tbk dengan teknologi peleburan TSL Ausmelt Furnace mampu mengolah bijih timah berkadar rendah hingga 40.000 ton per tahun. Selain itu, inovasi berupa dimethyltin dichloride (DMT) padat membuka peluang baru bagi industri panel surya.
Corporate Secretary MIND ID Pria Utama menegaskan, “MIND ID selaku holding yang menaungi TIMAH akan terus konsisten menjamin bahwa pengolahan timah mampu memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional, baik melalui peningkatan pendapatan negara maupun penciptaan lapangan kerja.”
Hilirisasi juga diarahkan pada transisi energi. PTBA melalui anak usahanya mengoperasikan PLTS Timah Industri di Cilegon dengan kapasitas 303,1 kWp, bagian dari target energi terbarukan nasional. PTBA juga meluncurkan produk kalium humat dari batu bara berkalori rendah sebagai pupuk hayati.
“Kalium humat adalah bukti persembahan kami bagi negeri untuk menghadirkan energi tanpa henti,” kata Turino Yulianto, Direktur Hilirisasi dan Diversifikasi Produk PTBA.
Melalui rangkaian proyek tersebut, MIND ID tidak hanya mengelola tambang, tetapi juga menjadi fasilitator industri. Produk dari satu anggota grup dimanfaatkan oleh anggota lain, menciptakan ekosistem saling terhubung yang memperkuat fondasi ekonomi nasional.
“Bagi MIND ID, penguatan ekosistem hilirisasi terintegrasi ini merupakan investasi untuk masa depan bangsa. Kita harus mengelolanya dengan tanggung jawab, profesionalisme, dan semangat transformasi,” pungkas Maroef.
Dengan langkah ini, hilirisasi bukan hanya strategi ekonomi, melainkan jalan menuju kemandirian energi, pemerataan pembangunan, dan keberlanjutan lingkungan demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.